TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Minuman khas
Bumi Nyiur Melambai, Cap Tikus suatu saat pasti menjadi primadona.
Minuman asli Sulawesi Utara ini bisa diolah menjadi berbagai minuman
berkelas. Bahkan sudah merambah hotel berbintang.
Tak pelak,
sejumlah investor pun berminat mengembangkan minuman berbahan dasar air
dari pohon aren ini. Gubernur Sinyo Harry Sarundajang pun mengakui sudah
ada beberapa yang bertemu dengannya dan berminat berinvestasi.
Menurut
penjelasan Staf Khusus Bidang Investasi Pemprov Sulut, Jackson Kumaat,
upaya mempromosikan dan menawarkan Cap Tikus ke pelaku usaha nasional
maupun internasional, terus dilakukan.
"Setiap kali mengadakan
perjalanan dinas maupun pribadi, kita selalu tawarkan, bahwa Sulut punya
produk khas ini. Paling baru saya ke Jakarta, Singapura, Hongkong, dan
Jepang, kita tawarkan ke mereka," kata pria yang akrab disapa Jacko ini
dari Kyoto Jepang.
Ia mengakui, pemasaran Cap Tikus sejauh ini
bisa dibilang konvensional karena hasil produksi pengusaha minuman keras
lokal selalu habis diserap pasar lokal. Kalaupun ada, hanya sebagian
kecil yang dipasarkan ke luar daerah seperti Papua dan Kalimantan.
"Itulah,
kita terus mendorong, bagaimana para 'pemain lama' yakni para pengusaha
dan pedagang meningkatkan volume produksi dan berani ekspansi bisnis,
semisal go nasional, pasarkan Cap Tikus berlabel atau hasil olahan Cap
Tikus lainnya, jangan cuma di Manado," katanya.
Persoalannya,kata Jacko dengan pemasaran yang ada saat ini mereka sudah cukup puas.
"Dengan cara pemasaran seperti itu saja sudah laku. Buat apa harus investasi lagi," tambah Jacko.
Pemerintah
lanjut Jacko selalu menawarkan investasi produk Cap Tikus ke pengusaha
nasional dan internasional dengan tujuan agar minuman ini bisa
dipasarkan secara modern dan berlabel. Agar Cap Tikus dikenal luas, kata
dia, memang perlu investasi tambahan.
"Kita selalu buka pintu
untuk itu. Jika regulasinya diikuti, bermanfaat dan meningkatkan income
dan derajat hidup petani, silakan," katanya.
Secara pribadi, Jacko yang notabene pengusaha mengaku tertarik terjun langsung berinvestasi jualan Cap Tikus secara modern.
"Saya sendiri mau. Saya lama memikirkannya. Tapi usaha ini bukan semudah membalik telapak tangan, perlu kajian matang," katanya.
Pria
yang pernah mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Manado ini
tergelitik dengan produk minuman keras kemasan (dalam botol, karton)
produksi luar negeri.
"Coba perhatikan, minuman botol yang kita minum di Indonesia, menarik karena ada sentuhan modal besar," katanya.
Paling
tidak, impiannya, bagaimana Cap Tikus dikemas baik memenuhi standar dan
dipasarkan ke luar daerah sehingga bisa memberi nilai tambah ke daerah.
"Siapa yang tak mau, Cap Tikus jadi produk unggulan. Jangan dulu
go internasional, skala nasional dulu. Tentu, kalau ini jadi harus ada
peningkatan produksi di tingkat petani," katanya.
Soal Cap Tikus
yang sering dikambinghitamkan sebagai penyebab tindak kriminal di Sulut,
Jacko menilai itu kurang tepat. Katanya, tak perlu Perda, Perwako atau
regulasi yang mengatur pembatasan produksi. Yang perlu diperjelas ialah
tata niaga minuman khas Sulut ini.
"Kalau orang mabuk, apakah
salahnya ada di petani Cap Tikus? Tidak kan? Jadi pertanyaan kenapa
orang suka mabuk, apa di belakangnya. Saya juga tak sependapat Cap Tikus
jadi objek razia sebab ini sumber kehidupan ribuan petani dan
keluarganya," kata Jacko, putra Tareran Minsel, satu di antara sentra
penghasil Cap Tikus di Sulut.
Jumlah produksi Cap Tikus di
Minahasa Selatan cenderung mengalami peningkatan beberapa tahun
terakhir. Di Minsel, hasil aren sebagai bahan baku pembuatan gula aren
dan Cap Tikus tahun 2010 berjumlah 2,149,30 per hektare.
Kepala
Dinas Perkebunan Minsel Imanuel Tapang melalui Kabid, Marthun Luther
mengatakan produksi Cap Tikus mengalami pasang surut. "Untuk produksi
Cap Tikus di Minahasa Selatan, banyak atau sedikit tergantung dari harga
pasaran, kalau tinggi maka produksinya juga meningkat," jelasnya.
Begitu juga produk turunan aren yang lainnya yaitu gula aren."Produksinya juga tergantung harga di pasar," jelasnya.
Namun
demikian, produksi Cap Tikus tiap tahun tikus bertambah, meski tidak
terlalu signifikan."Tiap tahun paling meningkat 5 persen saja,"
jelasnya.
Data terakhir tahun 2010, produksi gula aren mencapati
772 ton."Sementara Cap Tikus mencapai 1200 juta liter," jelasnya. Ia
menambahkan, data terbaru tahun 2011 baru akan dikeluarkan pada Mei
nanti. Jadi per bulan produksi Cap Tikus bisa mencapai seratus ribu
liter.
Ia menambahkan, tidak melakukan pembatasan terhadap petani
yang melakukan produksi. "Terserah petani, tidak dilakukan pembatasan,"
jelas dia.
Wilayah yang dominan pohon aren dan produksi Cap Tikus adalah Tareran, Suluun Tareran, Amurang Timur, Kumelembuay, dan Motoling.
Ia
memperkirakan, di tahun 2011, terjadi peningkatan menjadi 1,5 juta
liter Cap Tikus, sementara gula merah turun menjadi 700 ton."Karena
tahun 2011 harga Cap Tikus naik," jelas dia.
http://id.berita.yahoo.com/minuman-keras-cap-tikus-sampai-ke-luar-negeri-182123569.html