Rabu, 18 Juli 2012

Minuman Keras 'Cap Tikus' Sampai ke Luar Negeri








TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Minuman khas Bumi Nyiur Melambai, Cap Tikus suatu saat pasti menjadi primadona. Minuman asli Sulawesi Utara ini bisa diolah menjadi berbagai minuman berkelas. Bahkan sudah merambah hotel berbintang.
Tak pelak, sejumlah investor pun berminat mengembangkan minuman berbahan dasar air dari pohon aren ini. Gubernur Sinyo Harry Sarundajang pun mengakui sudah ada beberapa yang bertemu dengannya dan berminat berinvestasi.
Menurut penjelasan Staf Khusus Bidang Investasi Pemprov Sulut, Jackson Kumaat, upaya mempromosikan dan menawarkan Cap Tikus ke pelaku usaha nasional maupun internasional, terus dilakukan.
"Setiap kali mengadakan perjalanan dinas maupun pribadi, kita selalu tawarkan, bahwa Sulut punya produk khas ini. Paling baru saya ke Jakarta, Singapura, Hongkong, dan Jepang, kita tawarkan ke mereka," kata pria yang akrab disapa Jacko ini dari Kyoto Jepang.
Ia mengakui, pemasaran Cap Tikus sejauh ini bisa dibilang konvensional karena hasil produksi pengusaha minuman keras lokal selalu habis diserap pasar lokal. Kalaupun ada, hanya sebagian kecil yang dipasarkan ke luar daerah seperti Papua dan Kalimantan.
"Itulah, kita terus mendorong, bagaimana para 'pemain lama' yakni para pengusaha dan pedagang meningkatkan volume produksi dan berani ekspansi bisnis, semisal go nasional, pasarkan Cap Tikus berlabel atau hasil olahan Cap Tikus lainnya, jangan cuma di Manado," katanya.
Persoalannya,kata Jacko dengan pemasaran yang ada saat ini mereka sudah cukup puas.
"Dengan cara pemasaran seperti itu saja sudah laku. Buat apa harus investasi lagi," tambah Jacko.
Pemerintah lanjut Jacko selalu menawarkan investasi produk Cap Tikus ke pengusaha nasional dan internasional dengan tujuan agar minuman ini bisa dipasarkan secara modern dan berlabel. Agar Cap Tikus dikenal luas, kata dia,  memang perlu investasi tambahan.
"Kita selalu buka pintu untuk itu. Jika regulasinya diikuti, bermanfaat dan meningkatkan income dan derajat hidup petani, silakan," katanya.
Secara pribadi, Jacko yang notabene pengusaha  mengaku tertarik terjun langsung berinvestasi jualan Cap Tikus secara modern.
"Saya sendiri mau. Saya lama memikirkannya. Tapi usaha ini bukan semudah membalik telapak tangan, perlu kajian matang," katanya.
Pria yang pernah mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Manado ini tergelitik dengan produk minuman keras kemasan (dalam botol, karton) produksi luar negeri.
"Coba perhatikan, minuman botol yang kita minum di Indonesia, menarik karena ada sentuhan modal besar," katanya.
Paling tidak, impiannya, bagaimana Cap Tikus dikemas baik memenuhi standar dan dipasarkan ke luar daerah sehingga bisa memberi nilai tambah ke daerah.
"Siapa yang tak mau, Cap Tikus jadi produk unggulan. Jangan dulu go internasional, skala nasional dulu. Tentu, kalau ini jadi harus ada peningkatan produksi di tingkat petani," katanya.
Soal Cap Tikus yang sering dikambinghitamkan sebagai penyebab tindak kriminal di Sulut, Jacko menilai itu kurang tepat. Katanya, tak perlu Perda, Perwako atau regulasi yang mengatur pembatasan produksi. Yang perlu diperjelas ialah tata niaga minuman khas Sulut ini.
"Kalau orang mabuk, apakah salahnya ada di petani Cap Tikus? Tidak kan? Jadi pertanyaan kenapa orang suka mabuk, apa di belakangnya. Saya juga tak sependapat Cap Tikus jadi objek razia sebab ini sumber kehidupan ribuan petani dan keluarganya," kata Jacko, putra Tareran Minsel, satu di antara sentra penghasil Cap Tikus di Sulut.
Jumlah produksi Cap Tikus di Minahasa Selatan cenderung mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Di Minsel, hasil aren sebagai bahan baku pembuatan gula aren dan Cap Tikus tahun 2010 berjumlah 2,149,30 per hektare.
Kepala Dinas Perkebunan Minsel Imanuel Tapang melalui Kabid, Marthun Luther mengatakan produksi Cap Tikus mengalami pasang surut. "Untuk produksi Cap Tikus di Minahasa Selatan, banyak atau sedikit tergantung dari harga pasaran, kalau tinggi maka produksinya juga meningkat," jelasnya.
Begitu juga produk turunan aren yang lainnya yaitu gula aren."Produksinya juga tergantung harga di pasar," jelasnya.
Namun demikian, produksi Cap Tikus tiap tahun tikus bertambah, meski tidak terlalu signifikan."Tiap tahun paling meningkat 5 persen saja," jelasnya.
Data terakhir tahun 2010, produksi gula aren mencapati 772 ton."Sementara Cap Tikus mencapai 1200 juta liter," jelasnya. Ia menambahkan, data terbaru tahun 2011 baru akan dikeluarkan pada Mei nanti. Jadi per bulan produksi Cap Tikus bisa mencapai seratus ribu liter.
Ia menambahkan, tidak melakukan pembatasan terhadap petani yang melakukan produksi. "Terserah petani, tidak dilakukan pembatasan," jelas dia.
Wilayah yang dominan pohon aren dan produksi Cap Tikus adalah Tareran, Suluun Tareran, Amurang Timur, Kumelembuay, dan Motoling.
Ia memperkirakan, di tahun 2011, terjadi peningkatan menjadi 1,5 juta liter Cap Tikus, sementara gula merah turun menjadi 700 ton."Karena tahun 2011 harga Cap Tikus naik," jelas dia.


1 komentar:

  1. when can we bules in UK get it shipped here to us?? i miss my morning cap tikus lol its made from Mera gular tree yes? red sugar tree .. we used to eat this red syrup in deserts and my Ex say this is the same tree they make captikus from .. i miss nasi goreng and sweetcorn/kangkung tempe fritters and i miss kerupuk and iced durian also miss indomie ayam bawang rasa

    BalasHapus